Rasa lapar yang kita alami saat berbuka puasa seringkali dianggap sebagai sinyal bahwa tubuh membutuhkan asupan makanan dalam jumlah besar. Namun, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa perasaan ini sebenarnya adalah tipuan otak. Selama berpuasa, hormon leptin—yang berfungsi memberikan sinyal kenyang ke otak—justru meningkat. Namun, otak kita cenderung menganggap bahwa kita perlu "balas dendam" dengan makan lebih banyak saat berbuka.
Fenomena ini mirip dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering membeli takjil dalam jumlah banyak atau memesan makanan berlebihan melalui layanan pesan antar saat berbuka. Bias psikologis ini membuat kita merasa perlu mengonsumsi lebih banyak makanan daripada yang sebenarnya dibutuhkan tubuh.
Untuk mengatasi kecenderungan makan berlebihan saat berbuka, beberapa langkah dapat diterapkan:
Makan dengan perlahan: Memberikan waktu bagi tubuh untuk mengirimkan sinyal kenyang ke otak, sehingga mencegah konsumsi makanan berlebihan.
Fokus pada asupan protein: Protein memberikan rasa kenyang lebih lama dibandingkan karbohidrat sederhana, sehingga membantu mengontrol nafsu makan.
Hindari langsung mengonsumsi makanan berminyak saat azan: Memulai berbuka dengan makanan ringan dan sehat dapat membantu mengontrol nafsu makan dan mencegah rasa kenyang yang tidak nyaman.
Apakah Anda termasuk yang sering merasa lapar berlebihan saat berbuka, atau mampu mengendalikan diri? Bagikan pengalaman Anda dan sebarkan informasi ini kepada teman-teman yang masih suka "balas dendam" dengan makanan saat berbuka.